Text
Dua Belas Pasang Mata
Judul Asli : Nijushi No Hitomi
Teks dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari bahasa Jepang
Dua belas Pasang Mata berkisah tentang anak-anak sekolah tanjung yang diajar oleh Bu Guru Oishi yang dijuluki Oishi-Koshi. Sejak awal Bu Guru Oishi yang bertubuh mungil ini banyak menarik rasa penasaran anak-anak juga seluruh penduduk desa tanjung karena penampilannya yang kebarat-baratan. Dahulu kala di sana belum ada modernisme sehingga memakai pakaian gaya barat dan menggunakan sepeda dianggap sebagai kebarat-baratan. Bu Guru dikucilkan oleh warga tanjung, bahkan tidak disapa hingga akhirnya mereka mulai menyadari bahwa guru ini bisa membawa perubahan pada anak-anak. Siapa lagi yang akan mengajar kedua belas anak yang masuk kelas 1 jika bukan perempuan itu? Maka dimulailah kisah ini.
Bu Guru Oishi menjalani kehidupannya sebagai guru dimulai dari pagi hari saat ia melintasi jalanan yang berkelok-kelok. Jalanan dari desanya di desa pohon pinus ke desa tanjung dekat teluk terletak sejauh 8 km dilalui bolak balik setiap hari. Ia terpaksa menggunakan sepeda untuk mempercepat waktu agar ia sampai di sekolah lebih awal, bukan karena ia kebarat-baratan. Karena kebiasaan bersepeda ini, tanpa sadar telah membuat anak-anak desa tanjung segera berlari setiap kali melihat sepeda bu guru melintas di jalanan desa menuju sekolah.
Dua belas anak yang diajar bu Guru Oishi memiliki julukan masing-masing. Bahkan mereka mulai merasa nyaman dengan gurunya karena sang guru senang mengajar musik. Banyak kejadian lucu dan seru yang terjadi selama bu Guru Oishi mengajar di kelas mereka. Kadang pelajaran ada di luar ruangan seperti pantai dekat teluk. Sayangnya kejadian tidak mengenakkan datang, kaki bu guru Oishi cedera hingga ia tak bisa pergi kemana-mana. Akhirnya ia dibebastugaskan dari tugas mengajar. Kelas digantikan oleh kepala sekolah.
Karena sakit, bu guru Oishi tidak bisa mengajar berbulan-bulan. Atas inisiatif seorang anak, mereka berdua belas pergi menuju desa pohon pinus yang jaraknya jauh sekali. Mereka mengira jaraknya dekat karena pohon pinus tampak jelas di desa tanjung. Tak disangka inilah pengalaman paling berharga yang dimiliki anak-anak tentang gurunya itu. Mereka mengingat dengan jelas bagaimana jalanan itu tampak teramat jauh dijangkau oleh kaki-kaki kecil mereka. Mereka juga mengigat dengan jelas rasa bakmi yang diberikan oleh ibunya ibu guru Oishi, juga rasanya berfoto pertama kali dengan wajah tegang.
Tahun-tahun berlalu, kehidupan tak semudah yang dibayangkan. Ada banyak hal yang harus terjadi seperti depresi yang melanda warga di desa seluruh Jepang termasuk di desa tanjung dan desa pohon pinus. Semua orang mengalami hal yang menakutkan setiap hari. Laki-laki ditugaskan untuk berangkat ke medan perang sedangkan perempuan kehilangan anak laki-laki dan suami mereka hingga menjadi janda.
Semua orang mengalami musim paceklik hingga harus merasakan makan roti gandum yang ditumbuk sendiri. Bahkan ikan tidak mudah didapat di saat-saat sulit. Penyakit merajalela hingga merenggut nyawa salah satu murid dan anak bu Guru Oishi. Dokter sulit dicari. Bahkan ada anak yang dijual kepada orang kaya demi agar bisa mendapatkan uang. Semua kengerian itu bermula dari serangan udara yang dilancarkan pihak asing hingga masa-masa perang berlangsung lama. Apakah ini akan berlangsung lama? Bagaimana anak-anak desa tanjung bisa terus melanjutkan pendidikan mereka? Apa yang terjadi pada kehidupan bu guru Oishi setelah perang?
D20220020 | 895.63 TSU d C1 | RAK 2 - FIKSI TERJEMAHAN (Kampus II Politeknik Penerbangan Makassar) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain