Text
Kudeta Mekkah : Sejarah Yang Tak Terkuak
Tak banyak yang tahu, terdapat sebuah peristiwa kelam yang berlangsung di area Ka’bah, Masjidil Haram. Peristiwa tersebut terjadi pada 20 November 1979, saat subuh baru saja beranjak, sekelompok bersenjata dipimpin oleh Juhaiman al-Utaibi, merangsek masuk tempat tersuci yang dimiliki umat Islam. Merebut mikrofon yang digunakan imam masjid lalu menyampaikan manifesto pemberontakan tersebut, dan menjelaskan peristiwa bersejarah ini kepada dunia. Dibacakannya pelbagai kejahatan Istana Saud, pesta pora Gubernur Mekkah, dekadensi yang dibawa televisi, pencemaran pikirian yang dibawa Barat, dan memperkerjakan perempuan di area publik, termasuk pagan baru bernama sepak bola yang dibiayai penuh oleh pemerintah, aktivitas tersebut diiyakini telah menodai Islam di tanah tempat lahirnya keyakinan suci tersebut. Manifesto tersebut kemudian disambung dengan pernyataan bahwa Imam Mahdi telah datang dan akan menolong dunia Islam, kemudian dihadirkannya Muhammad Abdullah yang mereka yakini sebagai Imam Mahdi. Sejarah mencatat, darah bersimbah di marmer putih masjid tersebut, letusan demi letusan peluru berdesing selama hampir dua minggu. Beberapa sudut Masjidil Haram turut hancur. Tragedi tersebut berakhir dengan tewasnya 75 pemberontak termasuk “Imam Mahdi”. Sebanyak 170 orang ditangkap, termasuk di antaranya 23 perempuan dan anak-anak. Juhaiman sendiri mati lewat hukum pancung pada 9 Januari 1980, bersama enam puluh tiga tahanan lewat proses eksekusi yang berlangsung di delapan kota di Arab Saudi. Yaroslav Tromfimov secara cemat menelusuri data demi data yang sulit untuk diperoleh. Pemerintah Saudi menutup rapat catatan peristiwa tersebut, hingga penelusuran harus dilakukan di beberapa negara di luar Arab Saudi. Tak hanya arsip data namun juga para pelaku yang secara utuh terlibat di tragedi berdarah tersebut dapat ia temukan. Sungguh, sebuah investigasi yang memukau. Buku ini juga mencatat satu peristiwa. Tersulut atas keganasan tragedi Mekkah, dan terkejut atas restu para pemimpin keagamaan bagi serangan militer, seorang pemuda pemalu berusia dua puluh dua tahun, tidak dapat menaham simpati terhadap Juhaiman dan motif pemberontakkannya. Pemuda tersebut menjadi salah satu di antara relawan pertama yang pergi ke garis terdepan perang Afghanistan. Pemuda tersebut bernama Osama bin Laden.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain