Text
Melangkah Searah : Asam Manis Rumah Tangga Muda
Buku ini mengisahkan bagaimana awal awal berrumah tangga, yang ternyata tak seperti cerita novel. Ada berbagai tantangan, perubahan, perilaku dan kisah yang tak terbayangkan. Kisah realistis yang mungkin dialami oleh pasangan muda yang baru saja menikah, yang rasa rasanya indah. Memasak, mungkin bagi sebagian orang adalah suatu keahlian yang harus dimiliki calon istri, tetapi tidak semuanya, seperti yang dirasakan Aji Nur Afifah yang harus belajar memasak. Dan bahasa cinta adalah cara mengekspresikan perasaan cinta kepada orang lain dan bila cara tersebut dilakukan oleh pasangannya, akan membuatnya merasa dicintai.
Mungkin kita pernah mendengar tentang 40 hari pertama dalam pernikahan, tanpa bertengkar, tanpa ribut-ribut yang membuang waktu dan tenaga. Seperti itulah kisah yang tergambar dalam buku ini, pembiasaan pada 40 hari awal menikah menjadi pembelajaran di hari-hari selanjutnya. Cara efektif berkomunikasi dengan pasangan, menyeelesaikan masalah dengan kepala dingin adalah sebagian hal yang perlu diperlu diperhatikan bagi pasangan muda, seperti yang dialami oleh penulis. Saat seseorang menikah, tidak hanya menerima orang lain menjadi pasangan, tetapi menerima keluaraga pasangan menjadi keluarga sendiri. Tinggal dengan keluarga baru juga berarti merasakan budaya baru, kebiasaan baru, dan segala sesuatu yang dikerjakan berjalan beriringan dengan diri sendiri. Suatu kebahagiaan, apabila seseorang mendapat mertua yang begitu baik, memahami pasangan anaknya seperti memahami anak sendiri, indah bukan?.
Mungkin setelah menikah akan banyak pertanyaan “jadi, intinya seperti apa?”saat sedang asyik bercerita yang terkadang harus menyapaikan secara padat, langsung tanpa perlu berputar-putar. Setelah menikah, kadang seseorang mendapati pasangan yang seakan-akan tidak perhatian,seperti berada di dunia sendiri. Maka, mencari waktu yang pas juga bisa memicu komunikasi yang hangat, carilah waktu ketika pasangan siap untuk mendengarkan.
Menikah adalah perjalanan jauh terlama, yang pernah manusia tempuh. Sedih ketika meninggalkan orang tua yang telah membesarkan dibungkus dengan senyum karena telah menemukan pendamping hidup. Apalagi ketika memiliki sahabat, terpaksa berpisah karena ikut dengan pasangan, sedih karena tak lagi bisa tertawa ria karena hal receh sekalipun. Hal yang penting adalah penerimaan yang luas, termasuk menerima menerima kondisi ketika kita sendiri dan kesepian karena tak punya teman.
Ketika telah menikah, masing-masing punya kewajiban antara suami dan istri. Adaptasi dalam penikahan adalah proses bersama antar pasangan suami-istri dalam upaya saling memahami, sebagai konsekuensi bahwa mereka datang dari kultur yang berbeda, apalagi dalam rumah tangga muda. Seperti yang dikatakan Aji Nur Afifah bahwa harus menerapkan teori less is beautiful dalam kehidupan nyata. Selain adaptasi gaya hidup, adaptasi kondisi sosial dan keluarga besar juga tak kalah menantang. Belajar untuk mengikhlaskan berbagai kekurangan pasangan, meluaskan penerimaan, menerimanya sepaket, tidak bisa hanya kelebihannya. Lebih peka untuk mengenali suasana hati pasangan, tidak semena-mena agar ingin dimengerti, tetapi tak berusaha agar dimengerti.
Pengeluaran awal rumah tangga tidaklah mudah dan sedikit. Ternyata, mencicil perabotan untuk kebutuhan di rumah bagi keluarga muda memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebab, banyak juga yang harus dibeli. Dengan pencatatan keuangan, bisa lebih bijak mengatur keuangan. Pengelolaan harta juga termasuk pada manajemen rumah tangga tentunya, apalagi dalam Islam sudah jelas pembagiaan perannya.
D20220099 | 297.612 AJI m C1 | RAK 12 - AGAMA (Kampus II Politeknik Penerbangan Makassar) | Tersedia |
D20220100 | 297.612 AJI m C2 | RAK 12 - AGAMA (Kampus II Politeknik Penerbangan Makassar) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain